REDAKSI24JAM, MEDAN – Harga karet sejak awal Januari hingga akhir Agustus 2022 terus menurun. Terkini, harga karet per 1 September hanya seharga 133,3 Cent AS atau sekitar Rp 19. 861 per Kg.
Sebelumnya, penurunan juga sudah mulai terjadi pada 3 Januari 2022 harga karet TSR20 di bursa berjangka Singapura (SGX) tercatat 175,1 cent AS per Kg, dan harga terus cenderung turun hingga pada 9 Mei 2022 tercatat 155.8 Cent AS per Kg.
Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah mengatakan perdagangan hari selanjutnya memang mengalami peningkatan sementara, hingga akhirnya terus menurun pada 1 September tercatat 133,3 Cent AS per kg.
Dikatakan Edy, saat ini produsen terus mengalami kerugian, tergantung jenis produsennya. “Bila produsennya adalah rakyat maka harga pokok produksinya berkisar US$ 2 – 2,5 USD per kg, tergantung besar kecilnya kepemilikan kebun. Sedangkan produsen dari perusahaan perkebunan berkisar US$ 1,1-1,6 tergantung besar kecilnya luas lahan kebun,” ujarnya, Sabtu (3/9/2022).
Menurutnya, anjloknya harga karet ini dipengaruhi oleh lemahnya perekonomian di China lantaran negara ini sebagai pangsa ekspor karet terbesar di dunia. “Penurunan ini dipicu potensi kenaikan lebih lanjut suku bunga dan ekonomi China yang lebih lemah dan kekhawatiran akan resesi global. Faktor China cukup dominan mengingat negara ini adalah konsumen karet nomor satu dunia,” kata Edy
Adapun tiga besar konsumen utama karet dunia secara berurutan pada tahun 2021 adalah China (41,2 persen), India (8,7 persen), USA (6,7 persen).
Disebutnya saat ini, buyer tertentu telah mengurangi dan ada yang berhenti sementara pembelian dari Sumatera Utara. Bahkan tidak dapat dipungkiri beberapa pabrik pengolahan karet kini sedang terbebani dengan anjloknya harga dan kesulitan bahan baku.
“Pabrik pengolahan karet di Sumatera Utara saat ini mengalamai tekanan yang semakin berat, penurunan harga terus tak terbendung dan sementara bahan baku juga semakin berkurang karena sebagian petani karet beralih ke pekerjaan lain yang dianggap lebih menguntungkan. Selama Periode 2019-2022 ada 3 pabrik karet tutup dan 2 pabrik karet berhenti sementara,” pungkasnya.
Terkait hal ini, Edy berharap pemerintah dapat segera memberikan perhatian dan turut ikut membantu para pengusaha ditengah keterpurukan Anjloknya harga karet di Sumut.
“Secara internasional – ITRC (International Tripartite Rubber Council) sebagai stabilisator harga karet alam diharapkan dapat mengambil langkah-langkah untuk menahan penurunan harga karet. Dalam negeri, semoga pemerintah pusat memperhatikan petani karet,” tutup Edy. (*)